masaharusato.com – Indonesia telah menjadi magnet investasi di sektor industri nikel, dengan total investasi mencapai Rp552 triliun dalam kurun waktu sembilan tahun terakhir. Kawasan Industri Morowali di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, menjadi salah satu pusat utama investasi ini. PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) mencatat pemasukan investasi sebesar USD 34,3 miliar, atau setara Rp552,23 triliun (kurs Rp16.100 per dolar AS) selama periode 2015-2024.
Investasi di kawasan ini mengalami peningkatan signifikan. Pada periode 2015-2023, total investasi yang masuk mencapai USD 30,14 miliar (Rp485,25 triliun). Angka ini meningkat menjadi USD 34,3 miliar (Rp552,23 triliun) pada tahun 2024, menunjukkan pertumbuhan yang pesat1. Direktur Komunikasi PT IMIP, Emilia Bassar, menyatakan bahwa jumlah pemasukan investasi ke kawasan industri ini akan terus bertambah, terutama dengan rencana produksi bahan baku baterai kendaraan listrik (EV).
Kawasan industri ini tidak hanya memproduksi nickel pig iron dan stainless steel, tetapi juga berencana untuk memproduksi bahan baku baterai kendaraan listrik. Saat ini, ada sekitar 65 perusahaan yang beroperasi di kawasan ini, dengan 8 perusahaan lainnya masih dalam proses konstruksi smelter. Mayoritas perusahaan yang sedang dalam proses konstruksi ini terkait dengan produksi bahan baku baterai listrik.
Perusahaan-perusahaan yang beroperasi di kawasan ini berasal dari berbagai negara, termasuk Indonesia, China, dan Australia. Beberapa perusahaan yang sedang dalam proses konstruksi dan akan segera beroperasi antara lain PT Sulawesi Nickel Cobalt, Chengtok Lithium Indonesia, dan PT Teluk Metal Industry.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Perindustrian, mendorong berdirinya kawasan-kawasan industri untuk menjalankan aktivitas hilirisasi industri, termasuk yang berbasis nikel. Dengan cadangan nikel sebesar 72 juta ton, atau mencapai 52% dari total cadangan nikel dunia, Indonesia memiliki daya tarik besar bagi investasi di sektor ini. Pemerintah juga mendukung penuh iklim investasi di Indonesia dengan memberikan kemudahan perizinan, fasilitas insentif fiskal dan nonfiskal, serta larangan ekspor bahan mentah.
Hilirisasi nikel tidak hanya membawa keuntungan ekonomi nasional, tetapi juga memberikan dampak positif terhadap ekonomi warga lokal. Morowali Utara, yang menjadi salah satu pusat industri nikel terbesar di Indonesia, mengalami transformasi ekonomi drastis dalam beberapa tahun terakhir. Kehadiran industri hilirisasi di Morowali Utara membuka link judi bola lapangan kerja bagi 71.500 tenaga kerja, yang sebelumnya hanya 1.800 tenaga kerja yang terlibat dalam pengolahan nikel di wilayah tersebut.
Meskipun investasi di sektor nikel menunjukkan tren positif, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, termasuk masalah keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Kejadian ledakan tungku smelter di kawasan industri IMIP menunjukkan pentingnya peningkatan standar K3 untuk melindungi pekerja dan lingkungan sekitar.
Selain itu, PT IMIP juga berencana untuk menambah pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT) pada 2025, baik yang berasal dari tenaga gas (PLTGU) maupun surya (PLTS). Langkah ini sejalan dengan program pemerintah untuk mencapai net zero emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
Investasi besar di kawasan industri nikel Indonesia, khususnya di Morowali, telah membawa dampak signifikan terhadap perekonomian nasional dan lokal. Dengan dukungan pemerintah dan strategi hilirisasi yang tepat, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama dalam industri nikel global. Namun, tantangan dalam aspek K3 dan keberlanjutan lingkungan harus diatasi untuk memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan dan inklusif.