Asal Usul Cabang Bela Diri Tinju Yang Terbentuk Sejak Peradaban Kuno

masaharusato.com – Tinju, dikenal juga sebagai pugilism atau sweet science, adalah seni bela diri dan olahraga kontak yang menguji kekuatan, kecepatan, refleks, ketahanan, dan kemampuan strategis dua peserta. Sebagai salah satu bentuk kompetisi pertarungan tertua di dunia, tinju memiliki sejarah yang panjang dan bervariasi tergantung pada budaya dan periode sejarah yang berbeda.

Tinju dalam Sejarah Kuno

Asal usul tinju dapat dilacak kembali ke peradaban kuno. Ada bukti yang menunjukkan bahwa tinju sebagai bentuk pertarungan tangan kosong sudah ada sejak peradaban Mesopotamia, sekitar 3000 SM. Di Yunani kuno, tinju (pygmachia) menjadi bagian dari Olimpiade kuno sejak tahun 688 SM. Tinju kuno tidak hanya menjadi unjuk kekuatan fisik tetapi juga dianggap sebagai cara untuk mendekatkan diri kepada dewa-dewa.

Tinju dalam Peradaban Romawi

Romawi kuno mengadopsi tinju dari Yunani dan menjadikannya lebih terorganisir serta kadang-kadang lebih brutal. Tinju Romawi sering kali diadakan sebagai bagian dari gladiator dan dapat berujung pada kematian. Perlengkapan seperti cestus (tangan pelindung yang terbuat dari kulit yang dijahit dengan besi atau benda berat lainnya) digunakan, menambah tingkat keparahan luka yang ditimbulkan.

Kemunduran dan Kebangkitan Tinju

Setelah jatuhnya Kekaisaran Romawi, popularitas tinju mengalami penurunan. Selama Abad Pertengahan, seni bela diri dan pertarungan tangan kosong tergeser oleh senjata dan berkuda. Tinju kembali mendapat perhatian di Inggris pada abad ke-16 dan ke-17, yang menandai awal dari tinju modern.

Era Tinju Tanpa Sarung Tangan

Di Inggris, tinju tanpa sarung tangan atau tinju telanjang tangan menjadi populer. Sosok seperti James Figg, yang dijuluki sebagai “Bapak Tinju Modern,” membantu mempopulerkan olahraga ini pada tahun 1719. Pertarungan sering kali berlangsung hingga salah satu petinju tidak mampu melanjutkan, dan aturan-aturan formal masih sangat minim.

Pengkodean Aturan Queensberry

Pada tahun 1867, John Chambers menciptakan Aturan Queensberry yang baru, yang membutuhkan penggunaan sarung tangan dalam pertandingan dan memperkenalkan konsep ronde serta hitungan mundur 10 detik. Aturan-aturan ini secara bertahap diterima dan membentuk dasar tinju modern yang kita kenal sekarang.

Tinju di Abad ke-20 dan Modern

Sepanjang abad ke-20, tinju berkembang menjadi olahraga profesional dengan komisi olahraga, promotor, dan persatuan tinju yang terorganisir. Pertandingan tinju mulai diadakan di seluruh dunia dengan kelas berat yang berbeda, dan menjadi salah satu olahraga yang paling banyak ditonton dan diikuti.

Tinju sebagai Olahraga Olimpiade

Tinju amatir juga mendapat tempat yang penting di dunia olahraga, menjadi bagian dari Olimpiade modern sejak tahun 1904. Tinju Olimpiade mengikuti aturan yang sedikit berbeda dari tinju profesional, dengan penekanan lebih pada poin daripada knockout.